Meraih Tiga Matahari
Namanya Rifaldi, dia adalah seorang santri Pondok Pesantren Tauhidul afkar.Di
pesantren ia terkenal dengan nama panggilan yang aneh yaitu BAHOD. Orang-orang
memanggilnya dengan nama itu bahkan guru-guru pun memanggilnya dengan nama tersebut.
Tetapi dengan nama panggilan yang aneh itu dirinya tidak merasa dihinakan dan
ia sangat bangga dengan panggilan tersebut. Mengapa demikian?karena nama itu
bemula dari candaan ibunya pada masa ia kecil, sehingga sebagian tetangga dan
temannya ikut-ikutan memanggilnya Bahod, karena menurut mereka nama tersebut
cocok dengan bentuk tubuhnya yang agak gemuk dan memiliki lingkar kepala yang
besar. Dikarenakan nama tersebut berasal dari mulut ibunda tercinta, maka ia
pun menagnggapnya nama tersebut adalah nama kasih sayang sang ibunda untuknya.
Pertama kali dirinya masuk pondok pesantren itu karena ia di
iming-imingi bebas dan jauh dari orang tua salah satu temannya yang sudah masuk
pondok pesantren yang bernama Alwan. Pada waktu itu ketika Alwan libur dari
pondok pesantrennya dan mereka kumpul bareng bersama temannya yang lain,dan
Alwan pun membisikan sesuatu kepada Rifaldi
“ Hod, lu mau masuk pesantren gak bareng gua ” rifaldi pun menjawab
dengan wajah yang bingung “hmm gak tau
tuh wan, kayanya enggak deh” tak puas dengan jawaban tersebut Alwan pun
mengeluarkan jurus rayuannya “bener nih ga mau, di pesantren enak loh bisa
paket malam di warnet tanpa di cari-cari orang tua” dengan ekspresi sedikit
tersenyum, Rifaldi menjadi berubah pikiran dan menanyakan balik kepada Alwan “ yang
bener nih wan, di pesantren bisa gitu ”. Ia pun menjadi kegirangan mendengar
ucapan kedua dari Alwan. Setelah pulang kerumah rifaldi bergegas menghampiri
ayahnya “yah, Rifaldi mau masuk pesantren” sang ayah pun terkejut dan langsung
menutup koran yang sedang ia baca “ apaa..? yang bener kamu mau masuk
pesantren” dengan wajahya yang polos ia menjawab “ iya ayah ” seketika itu pun
ayahnya bersujud syukur karena bahagia anknya memimnta untuk dimasukan ke
pondok pesantren dan belajar ilmu agama “ alhamdulillah ya allah anaku mau
mondok ” sang ayah kegirangan dengantidak mengetahui tujuan dari Rifaldi mau
masuk pondok pesantren.
Dua tahun berlalu, Rifaldi pun sedikit demi sedikit merubah
perilaku dan pola pikirnya yang dulu. “ Lohh, dipikir-pikir untuk apa ya saya
membuang-buang waktu untuk hal seperti itu” ucapnya dalam hati. Dan pada waktu
itu, dirinya telah mengetahui apa makna dari kata santri yang
sebenarnya. Santri adalah bahasa serapan dari bahasa Inggrish yaitu Sun
tree, Sun yang berarti matahari dan tree berarti tiga. Jadi makna dari kata
santri adalah tiga matahari, Maksudnya adalah penerang tiga hal, yaitu penerang
diri sendiri, penerang keluarga, dan penerang masyarakat atau orang banyak. Dan
ia pun menginginkan tiga hal tersebut.
Satu tahun kemudian rifaldi menduduki bangku SMA. Semakin ia besar
semakin banyak masalah yang ia alami dan semakin banyak pula cita-cita yang ia angankan, salah
satunya adalah mewujudkan keinginannya di tahun lalu, yaitu menjadi seorang
santri yang sesungguhnya. Untuk mewujudkan hal tersebut rifaldi mengetahui
jalan yang bagus dan harus ia tempuh, yaitu melanjutkan pendidikan di STAI (Sekolah
Tinggi Ilmu Agama) Imam Syafi’i. STAI Imam Syafi”i adalah sekolah tinggi
pendidikan Islam, yang dimana didalamnya terdapat syekh-syekh yang hebat dari
Negara Arab. Untuk masuk ke sekolah tinggi tersebut tidak mudah, yaitu harus fasih
dan lancar dalam berbicara bahasa Arab. Kata seniornya di pondok pesantren,
orang yang lulus masuk sekolah tinggi tersebut dijamin hidupnya akn sukses
dalam bidang ilmu agama. Maka dari itu Rifaldi pun semakin bersungguhsungguh
dalam belajar bahasa Arab. Disela keseriusannya dalam belajar, dirinya terpikat
dengan salah satu santriawati yang amat cantik dan pendiam yang bernama Lina.
Sesekali ketika ia di kelas melirik Lina dari kejauhan. Tetapi ia tidak pernah
menyatakan perasaannya tersebut kepada Lina sang wanita idaman dan dirinya
selalu berdo’a kepada Allah “ ya Allah kuatkanlah hati ini untuk menahan
perasaan hingga pada waktunya”.
Singkat cerita ketika Rifaldi libur dari
pondok pesantren, ia langsung menghampiri ibunya “tok tok tok(suara ketokan
pintu) asslamualaikum” ibunya pun menjawab dan membuka pintu “waalaikum salam,
siapaa?kreeet(pintu dibuka oleh ibu) hahh rifaldi anaku, Alhamdulillah
bagaimana kabarmu disana nak?” rifaldi menjawab “alhamdulillah bu, Rifaldi
disana baik-baik saja. Ibu bagaimana disini apakah ibu juga baik-baik saja,
bagaimana kabar ayah dan kakak?” Tanya Rifaldi. Dan ibupun menjawabnya “
Alhamdulillah nak ibu, ayah, dan kakak baik-baik saja disini, sekarang mereka
sedang di pekerjaannya masing-masing. “ oh, syukur deh kalau begitu”. Tak
berselanglama karena Rifaldi merasa lapar ia pun meminta makan kepada ibunya
“bu, Rifaldi lapar nih, rindu makanan masakan ibu hehe…” dengan ekspresi
tersenyum, sang ibu pun menjawab “ owalah ternyata anak ibu ini mau makan toh,
iya ibu masakin sekarang, kamu mau makan sama pa nak?” “apa aja deh bu, asalkan murni buatan ibu”.
Setelah selesai makan, Rifaldi bercerita sesuatu kepada ibunya “ bu, jika nanti
Rifaldi sudah lulus sekolah, Rifaldi mau lanjut kuliah di STAI Imam Syafi’I” si
ibu bingung dan langsung menanyakan “ haah kuliah jurusan apa tuh nak” dengan
semangat Rifaldi pun mejelaskannya kepada ibu “ jadi STAI Imam Syafi’i itu
adalah sekolah tinggi yang menjurus kepada agama islam bu” ibunya menjawab
dengan merubah raut wajahnya “ naak, zaman sekarang itu kalau milih kuliahan
yang pasti-pasti aja, kaya jurusan Ekonomi, Kedokteran, jadi maksudnya yang
pasti-pasti itu jurusan yang menjamin sejahteranya ekonomi keluarga kita”
Rifaldi pun menyanggah jawaban dari ibunya “kan itu juga sudah pasti bu, nanti
jika rifaldi telah lulus, Rifaldi pasti jadi orang yang berguna, berguna untuk
diri sendiri, berguna untuk ibu, keluarga dan orang banyak.” dengan lebih
serius ibunya pun menjawab kembali “iya iyaa ibu juga paham apa yang kamu mau,
tapi di zaman sekarang ini kita sangat perlu sekali mempunyai uang, kalu kamu
gak punya uang nanti anak istri kamu mau dikasih makan apa? Masa harus disuruh
puasa setiap hari.” Mendengar jawaban tersebut, Rifaldi pun terdiam dan tidak
bias bicara apa-apa lagi. Dan ia pun segera membereskan piring-piring yang
telah dipakai. Setelah itu dirinya langsung pergi ke kamar dan merenungkan atas
apa yang ibunya katakana kepadanya. Rifaldi dilemma dengan hal ini, dirinya
bimgumgharus memilih keinginannya atau patuh terhadap ibunya. Dan dia berfikir
jika memaksakan atas keinginannya maka ibunya pun tidak akan ridho kepadanya,
karena dia tahu jika ibunya tidak ridho maka tidak akan ada kesuksesan baginya.
Singkat cerita ia pun trlah kembali ke
pondok pesantren. Pada suatu malam, ia dan teman-teman berangkat menuju rumah
ustadznya untuk mengaji. Selepas ngaji, Rifaldi tidak langsung pulang ke asrama
bersama teman-temannya “ayo di kita ke asrama” ucap salah satu temannya. “iya
kamu duluan aja, aku mau ada keperluan dulu sama ustadz” jawab Rifaldi. Setelah
teman-temannya keluar dari rumah ustadz, Ustadnya pun bertanya kepada Rifaldi “
Iya Rifaldi, ada perlu apa sama saya” sambil menundukan kepala Rifaldi menjawab
“ sebelumnya mohon maaf pak ustadz, saya mau minta solusi atas permasalahan
yang saya alami”. “ memangnya kenapa di, maslah apa yang kamu alami?” Tanya Pak ustadz. Dan Rifaldi pun menjawab
kembali “ Jadi begini pak ustadz, saya itu punya keinginan melanjutkan kuliah
di STAI Imam syafi’i, tetapi ibu saya tikak memberikan izin kepada saya untuk
kuliah ke sana” dan sang ustadz pun menjawab dengan memberikan arahan yang
bijak kepadanya “hmm cita-citamu bagus sekali, tetapi patuh kepada orang tua
itu lebih bagus dan sangat penting sekali, jadi sekarang kamu berusaha dulu
untuk mewujudkan keinginanmu itu, tetapi dengan diiringi berdoa kepada Allah
supaya hati orang tuamu dibukakan untuk memberikan izin kepada kepadamu, dan
alangkah baiknya berdoa disetiap sepertiga malam.” Dengan raut wajah yang
merasa lega atas arahan dari ustadnya “kalau begitu terima kasih ya pak ustadz,
saya ke asrama dulu, assalamualaikum.” “iyaa waalaikum salam”.
Di setiap harinya Rifaldi pun terus
mengamalkan apa yang telah disarankan oleh gurunya. Tak terasa waktu pun terus
berjalan, dan tibalah dimana ia telah lulus sekola dan akan melanjutkan ke
jenjang berikutnya. Karena ingin mewujudkan cita-citanya, ia pun memberanikan
diri untuk kembali meminta izin kepada ibunya “ bu, sekarang Rifaldi sudah
lulus sekola dan Rifaldi mau meminta izin kepada ibu, seperti apa yang telah
Rifaldi ceritakan ke ibu pada waktu itu.” “ ooh kamu mau melanjutkan kuliah di
STAI Imam syafi’i.” karena keistiqomahan dan kesungguhan Rifaldi dalam berdoa,
tiba-tiba hati ibunya pun terbuka dan mengizinkannya untuk kuliah di STAI Imam
syafi’i “iyaa ibu izinin, itu kan masa depan kamu dan kamu yang harus
menentukan” dengan kegirangan Rifaldi pun menjawab “Alhamdulillah ya allah
terima kasih atas rahmat dan hidayahmu yang maha membolak-balikan hati. Terima
kasih ya bu, ibu adalah wanita tercuaaantik sedunia” sembari mengusap kepala
Rifaldi, ibunya berkata “ah gak usah berlebihan kaya gitu, yang penting kamu
harus semangat dan sungguh-sungguh dalam mencari ilmunya”
Singkat cerita Rifaldi berangkat untuk
mendaftar dengan didampingi gurunya di pesantren. Dan ia pun menjalani tes dengan
diwawancarai oleh salah satu syekh dari Sekolah Tinggi tersebut dan menggunakan
bahasa Arab. Berkat keteguhannya dalam berlatih berbicara bahasa Arab waktu di
pesantren, dirinya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari syekh tersebut dan
ia pun lulus untuk menjadi Mahasiswa STAI Imam Syafi’i.
Nama penulis :
Mochammad Rafly
Kelas : XI IPAS
Sekolah : SMA Plus Tauhidul Afkar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar