Post Blog Hasil Karya

Menulis Cerita | Siswa SMA Kelas 11 ::: Mochammad Rafly

Meraih Tiga Matahari

 

Namanya Rifaldi, dia adalah seorang santri Pondok Pesantren Tauhidul afkar.Di pesantren ia terkenal dengan nama panggilan yang aneh yaitu BAHOD. Orang-orang memanggilnya dengan nama itu bahkan guru-guru pun memanggilnya dengan nama tersebut. Tetapi dengan nama panggilan yang aneh itu dirinya tidak merasa dihinakan dan ia sangat bangga dengan panggilan tersebut. Mengapa demikian?karena nama itu bemula dari candaan ibunya pada masa ia kecil, sehingga sebagian tetangga dan temannya ikut-ikutan memanggilnya Bahod, karena menurut mereka nama tersebut cocok dengan bentuk tubuhnya yang agak gemuk dan memiliki lingkar kepala yang besar. Dikarenakan nama tersebut berasal dari mulut ibunda tercinta, maka ia pun menagnggapnya nama tersebut adalah nama kasih sayang sang ibunda untuknya.

 

Pertama kali dirinya masuk pondok pesantren itu karena ia di iming-imingi bebas dan jauh dari orang tua salah satu temannya yang sudah masuk pondok pesantren yang bernama Alwan. Pada waktu itu ketika Alwan libur dari pondok pesantrennya dan mereka kumpul bareng bersama temannya yang lain,dan Alwan pun membisikan sesuatu kepada Rifaldi  “ Hod, lu mau masuk pesantren gak bareng gua ” rifaldi pun menjawab dengan wajah yang bingung  “hmm gak tau tuh wan, kayanya enggak deh” tak puas dengan jawaban tersebut Alwan pun mengeluarkan jurus rayuannya “bener nih ga mau, di pesantren enak loh bisa paket malam di warnet tanpa di cari-cari orang tua” dengan ekspresi sedikit tersenyum, Rifaldi menjadi berubah pikiran dan menanyakan balik kepada Alwan “ yang bener nih wan, di pesantren bisa gitu ”. Ia pun menjadi kegirangan mendengar ucapan kedua dari Alwan. Setelah pulang kerumah rifaldi bergegas menghampiri ayahnya “yah, Rifaldi mau masuk pesantren” sang ayah pun terkejut dan langsung menutup koran yang sedang ia baca “ apaa..? yang bener kamu mau masuk pesantren” dengan wajahya yang polos ia menjawab “ iya ayah ” seketika itu pun ayahnya bersujud syukur karena bahagia anknya memimnta untuk dimasukan ke pondok pesantren dan belajar ilmu agama “ alhamdulillah ya allah anaku mau mondok ” sang ayah kegirangan dengantidak mengetahui tujuan dari Rifaldi mau masuk pondok pesantren.

 

Dua tahun berlalu, Rifaldi pun sedikit demi sedikit merubah perilaku dan pola pikirnya yang dulu. “ Lohh, dipikir-pikir untuk apa ya saya membuang-buang waktu untuk hal seperti itu” ucapnya dalam hati. Dan pada waktu itu, dirinya telah mengetahui apa makna dari kata santri yang sebenarnya. Santri adalah bahasa serapan dari bahasa Inggrish yaitu Sun tree, Sun yang berarti matahari dan tree berarti tiga. Jadi makna dari kata santri adalah tiga matahari, Maksudnya adalah penerang tiga hal, yaitu penerang diri sendiri, penerang keluarga, dan penerang masyarakat atau orang banyak. Dan ia pun menginginkan tiga hal tersebut.

 

Satu tahun kemudian rifaldi menduduki bangku SMA. Semakin ia besar semakin banyak masalah yang ia alami dan semakin banyak  pula cita-cita yang ia angankan, salah satunya adalah mewujudkan keinginannya di tahun lalu, yaitu menjadi seorang santri yang sesungguhnya. Untuk mewujudkan hal tersebut rifaldi mengetahui jalan yang bagus dan harus ia tempuh, yaitu melanjutkan pendidikan di STAI (Sekolah Tinggi Ilmu Agama) Imam Syafi’i. STAI Imam Syafi”i adalah sekolah tinggi pendidikan Islam, yang dimana didalamnya terdapat syekh-syekh yang hebat dari Negara Arab. Untuk masuk ke sekolah tinggi tersebut tidak mudah, yaitu harus fasih dan lancar dalam berbicara bahasa Arab. Kata seniornya di pondok pesantren, orang yang lulus masuk sekolah tinggi tersebut dijamin hidupnya akn sukses dalam bidang ilmu agama. Maka dari itu Rifaldi pun semakin bersungguhsungguh dalam belajar bahasa Arab. Disela keseriusannya dalam belajar, dirinya terpikat dengan salah satu santriawati yang amat cantik dan pendiam yang bernama Lina. Sesekali ketika ia di kelas melirik Lina dari kejauhan. Tetapi ia tidak pernah menyatakan perasaannya tersebut kepada Lina sang wanita idaman dan dirinya selalu berdo’a kepada Allah “ ya Allah kuatkanlah hati ini untuk menahan perasaan hingga pada waktunya”.

 

Singkat cerita ketika Rifaldi libur dari pondok pesantren, ia langsung menghampiri ibunya “tok tok tok(suara ketokan pintu) asslamualaikum” ibunya pun menjawab dan membuka pintu “waalaikum salam, siapaa?kreeet(pintu dibuka oleh ibu) hahh rifaldi anaku, Alhamdulillah bagaimana kabarmu disana nak?” rifaldi menjawab “alhamdulillah bu, Rifaldi disana baik-baik saja. Ibu bagaimana disini apakah ibu juga baik-baik saja, bagaimana kabar ayah dan kakak?” Tanya Rifaldi. Dan ibupun menjawabnya “ Alhamdulillah nak ibu, ayah, dan kakak baik-baik saja disini, sekarang mereka sedang di pekerjaannya masing-masing. “ oh, syukur deh kalau begitu”. Tak berselanglama karena Rifaldi merasa lapar ia pun meminta makan kepada ibunya “bu, Rifaldi lapar nih, rindu makanan masakan ibu hehe…” dengan ekspresi tersenyum, sang ibu pun menjawab “ owalah ternyata anak ibu ini mau makan toh, iya ibu masakin sekarang, kamu mau makan sama pa nak?”  “apa aja deh bu, asalkan murni buatan ibu”. Setelah selesai makan, Rifaldi bercerita sesuatu kepada ibunya “ bu, jika nanti Rifaldi sudah lulus sekolah, Rifaldi mau lanjut kuliah di STAI Imam Syafi’I” si ibu bingung dan langsung menanyakan “ haah kuliah jurusan apa tuh nak” dengan semangat Rifaldi pun mejelaskannya kepada ibu “ jadi STAI Imam Syafi’i itu adalah sekolah tinggi yang menjurus kepada agama islam bu” ibunya menjawab dengan merubah raut wajahnya “ naak, zaman sekarang itu kalau milih kuliahan yang pasti-pasti aja, kaya jurusan Ekonomi, Kedokteran, jadi maksudnya yang pasti-pasti itu jurusan yang menjamin sejahteranya ekonomi keluarga kita” Rifaldi pun menyanggah jawaban dari ibunya “kan itu juga sudah pasti bu, nanti jika rifaldi telah lulus, Rifaldi pasti jadi orang yang berguna, berguna untuk diri sendiri, berguna untuk ibu, keluarga dan orang banyak.” dengan lebih serius ibunya pun menjawab kembali “iya iyaa ibu juga paham apa yang kamu mau, tapi di zaman sekarang ini kita sangat perlu sekali mempunyai uang, kalu kamu gak punya uang nanti anak istri kamu mau dikasih makan apa? Masa harus disuruh puasa setiap hari.” Mendengar jawaban tersebut, Rifaldi pun terdiam dan tidak bias bicara apa-apa lagi. Dan ia pun segera membereskan piring-piring yang telah dipakai. Setelah itu dirinya langsung pergi ke kamar dan merenungkan atas apa yang ibunya katakana kepadanya. Rifaldi dilemma dengan hal ini, dirinya bimgumgharus memilih keinginannya atau patuh terhadap ibunya. Dan dia berfikir jika memaksakan atas keinginannya maka ibunya pun tidak akan ridho kepadanya, karena dia tahu jika ibunya tidak ridho maka tidak akan ada kesuksesan baginya.

 

Singkat cerita ia pun trlah kembali ke pondok pesantren. Pada suatu malam, ia dan teman-teman berangkat menuju rumah ustadznya untuk mengaji. Selepas ngaji, Rifaldi tidak langsung pulang ke asrama bersama teman-temannya “ayo di kita ke asrama” ucap salah satu temannya. “iya kamu duluan aja, aku mau ada keperluan dulu sama ustadz” jawab Rifaldi. Setelah teman-temannya keluar dari rumah ustadz, Ustadnya pun bertanya kepada Rifaldi “ Iya Rifaldi, ada perlu apa sama saya” sambil menundukan kepala Rifaldi menjawab “ sebelumnya mohon maaf pak ustadz, saya mau minta solusi atas permasalahan yang saya alami”. “ memangnya kenapa di, maslah apa yang kamu alami?”  Tanya Pak ustadz. Dan Rifaldi pun menjawab kembali “ Jadi begini pak ustadz, saya itu punya keinginan melanjutkan kuliah di STAI Imam syafi’i, tetapi ibu saya tikak memberikan izin kepada saya untuk kuliah ke sana” dan sang ustadz pun menjawab dengan memberikan arahan yang bijak kepadanya “hmm cita-citamu bagus sekali, tetapi patuh kepada orang tua itu lebih bagus dan sangat penting sekali, jadi sekarang kamu berusaha dulu untuk mewujudkan keinginanmu itu, tetapi dengan diiringi berdoa kepada Allah supaya hati orang tuamu dibukakan untuk memberikan izin kepada kepadamu, dan alangkah baiknya berdoa disetiap sepertiga malam.” Dengan raut wajah yang merasa lega atas arahan dari ustadnya “kalau begitu terima kasih ya pak ustadz, saya ke asrama dulu, assalamualaikum.” “iyaa waalaikum salam”.

 

Di setiap harinya Rifaldi pun terus mengamalkan apa yang telah disarankan oleh gurunya. Tak terasa waktu pun terus berjalan, dan tibalah dimana ia telah lulus sekola dan akan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Karena ingin mewujudkan cita-citanya, ia pun memberanikan diri untuk kembali meminta izin kepada ibunya “ bu, sekarang Rifaldi sudah lulus sekola dan Rifaldi mau meminta izin kepada ibu, seperti apa yang telah Rifaldi ceritakan ke ibu pada waktu itu.” “ ooh kamu mau melanjutkan kuliah di STAI Imam syafi’i.” karena keistiqomahan dan kesungguhan Rifaldi dalam berdoa, tiba-tiba hati ibunya pun terbuka dan mengizinkannya untuk kuliah di STAI Imam syafi’i “iyaa ibu izinin, itu kan masa depan kamu dan kamu yang harus menentukan” dengan kegirangan Rifaldi pun menjawab “Alhamdulillah ya allah terima kasih atas rahmat dan hidayahmu yang maha membolak-balikan hati. Terima kasih ya bu, ibu adalah wanita tercuaaantik sedunia” sembari mengusap kepala Rifaldi, ibunya berkata “ah gak usah berlebihan kaya gitu, yang penting kamu harus semangat dan sungguh-sungguh dalam mencari ilmunya”

 

Singkat cerita Rifaldi berangkat untuk mendaftar dengan didampingi gurunya di pesantren. Dan ia pun menjalani tes dengan diwawancarai oleh salah satu syekh dari Sekolah Tinggi tersebut dan menggunakan bahasa Arab. Berkat keteguhannya dalam berlatih berbicara bahasa Arab waktu di pesantren, dirinya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari syekh tersebut dan ia pun lulus untuk menjadi Mahasiswa STAI Imam Syafi’i.

 

 

Nama penulis  :   Mochammad Rafly

Kelas               :   XI IPAS

Sekolah           :   SMA Plus Tauhidul Afkar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2019 Komunitas Literasi Tauhidul Afkar | Guru - Siswawi - Sun3TeA Didesain Oleh: Dudi Ridwan | TeA-Blogger-Bageur

Copyright © 2019 Komunitas Literasi Tauhidul Afkar | Guru - Siswawi - Sun3TeA Didesain Oleh: Dudi Ridwan | TeA-Blogger-Bageur

Diberdayakan oleh Blogger.