SANG
PELUKIS
BY:Arifa
Fadhila Nurkamila
Namanya Zea ,remaja cantik yang
terlahir dari keluarga kurang mampu dan
memiliki dua adik perempuan. Dia seorang siswi kelas akhir yang sebentar lagi
lulus disekolahnya. Meskipun Zea tidak
terlalu pintar dalam pelajaran, tetapi dia memiliki keahlian dalam bidang seni
yaitu melukis. Zea pernah mengikuti beberapa perlombaan melukis disekolahnya.
Bahkan disekolah Zea banyak lukisan
hasil karyanya.Dan teman-temannya pun banyak yang suka dan ingin dibuatkan
lukisan oleh Zea.
“Zea, tolong buatin aku lukisan dong”.Ucap
Keyra, sahabat Zea , sambil memberikan alat lukisnya.
“Boleh, sini, mau lukisan apa emang?” Zea
mengambil alat lukis sahabatnya.
“ Apa aja deh, buat kenang-kenangan, kan
sebentar lagi kita berpisah”. Keyra pun memeluk Zea dengan ekspresi sedih.
“Oh iya, setelah lulus kamu mau lanjut
kemana?, kerja atau kuliah?” tanya Zea mengalihkan topik pembicaraan.
Mendengar itu, Keyra langsung melepas
pelukannya. “Maunya sih kerja, tapi orang tua
aku nyuruh aku untuk kuliah. Kalau kamu?”.
“Hhmm, kalau aku maunya kuliah sih.
Tapi... ga tau orang tuaku, soalnya aku belum ngomong sama mereka”. Jawab Zea
sambil melukis lukisan milik Keyra.
“Emang, kalau kamu kuliah, kamu mau
jurusa apa?”
“Maunya sih jurusan seni lukis, soalnya
impian aku mau jadi pelukis yang hebat dan terkenal”. Zea menatap keyra sambil
tersenyum.
Keyra tersenyum balik “semoga impian kamu menjadi pelukis yang hebat dan terkenal
bisa tercapai ya, doain aku juga biar
impian aku tercapai. Dan kita bisa bertemu lagi saat kita udah mencapai impian
kita masing-masing dan menjadi orang sukses nanti”.
“Aamiin…”Jawab Zea.
*
Zea sedang duduk ditempat makan setelah pulang
sekolah tadi. Disana ada kedua adiknya yang sedang menyantap makanannya
masing-masing. Tidak ada kedua orang tua mereka, karena sang ibu sedang
menyuapi ayah mereka yang sedang sakit.
Setelah makan, Zea ingin menghampiri
kedua orang tuanya dikamar .
Tok.Tok.
Tok.
Zea mengetuk pintu kedua orang tuanya
sambil mengucap salam. “Assalamualaikum, ibu, ayah”.
“Waalikumsalam, Zea, masuk aja pintunya
ga dikunci”. Ucap sang ibu sambil menyimpan piringnya dibawah.
“Ada apa Zea?” Tanya ibu ketika Zea
sudah masuk kekamarnya.
“Zea mau ngomong bu”.
“Yaudah ngomongnya diluar aja ya,
ayahnya mau istirahat dulu, kamu tunggu diluar aja”. Ucap sang ibu sambil
membawa piringnya kedapur.
*
Sang ibu menghampiri Zea yang
sudah menunggunya diluar. “Ada apa Zea?”
Zea menghembuskan napasnya. “ Bu, Zea
kan sebentar lagi lulus SMA, boleh ga
kalau Zea kuliah?”
Ibu pun diam sejenak, “gini ya Zea, bukannya ga boleh, tapi uang ibu ga
cukup kalau buat biayain kuliah kamu. Buat sehari-hari aja susah, belum lagi
sekolah adik-adik kamu dan biaya pengobatan ayahmu. Sedangkan ibu cuman penjual
kue, yang seharinya pun ga dapat seberapa. Lebih baik kamu kerja aja ya”. Jelas
sang ibu. Suaranya cukup lembut dengan nada tegas.
Zea terdiam, menahan air matanya
yang akan jatuh. Zea sudah membayangkan, kalau dia kuliah, dia akan menjadi pelukis yang
hebat dan terkenal.
“Zea, maafin ibu ya, ibu ga bisa biayain kamu kuliah”. Sang ibu menangis
sambil memeluk anaknya. Zea tak bisa menahan air matanya lagi, Zea pun membalas
pelukan ibunya sambil berkata, “ga papa bu, ga papa Zea ga kuliah. Setelah
lulus nanti, Zea akan cari kerja, agar Zea bisa membantu biaya pengobatan ayah
dan adik-adik Zea vbisa sekolah yang tinggi”.
*
Beberapa bulan kemudian, Zea sudah lulus dari sekolahnya. Zea membantu
ibunya berjualan kue dan berusaha mencari lowongan pekerjaan. Ditengah
perjalanan Zea mencari pekerjaan, Zea beristirahat diwarung kecil. “Ya Allah,
dimana lagi aku harus cari pekerjaan?”gumam Zea dengan raut wajah capeknya.
Tanpa disadari, laki-laki disamping Zea mendengarnya. Kemudian laki-laki
itu bertanya, “kamu lagi cari kerja?”
Zea tersenyum “ iya pak, saya lagi cari kerja tapi ga dapat dapat”.
“Saya punya restoran dan disana
lagi kekurangan pegawai, apa kamu mau?” tanya laki-laki itu.
“Mau pak, mau”. Jawab Zea dengan semangat.
“ Kalau gitu besok datang kerestoran saya, ini alamatnya”. Laki-laki itu
memberikan alamatnya dan langsung pamit dari tempat itu.
“Terima kasih pak”. Ucap Zea sambil ikut pamit juga.
*
Satu tahun Zea bekerja direstoran itu. Selain bekerja direstoran, Zea
juga sering melukis dan menjualnya ke orang-orang.
Pada suatu saat, Zea sedang mengisi waktu kosongnya direstoran dengan
melukis. Tiba- tiba tanpa Zea sadari, seorang pelanggan dating dan melihat
hasil karyanya.
“Hasil karyamu bagus, boleh saya pajang dipameran galeri saya?” ucap
laki-laki tersebut.
Zea menoleh,betapa terkejutnya ternyata orang yang berbicara kepadanya
adalah pelukis terkenal.
“Ba, bapak pelukis terkenal itu
kan?” gugup Zea.
“Iya, saya terkenal itu”.jawab
laki-laki itu.
“Bapak adalah inspirasi saya untuk
meneruskan hobi saya ini. Jadi, saya terus berlatih agar lukisan saya bisa
sebagus lukisan bapak”. Cerita Zea dengan antusiasnya.
“Lukisan kamu bagus, boleh saya
pajang dipameran galeri saya?”tanyanya.
“ Wah, serius pak?, boleh banget”
Zea terkejut.
“ Iya saya serius, klau kamu mau,
kamu harus bikin lukisan yang banyak dan antar lukisanmu kegaleri saya”.
Perintah pelukis terkenal itu.
“Baik pak, Saya akan bikin lukisan yang banyak dan mengantarkannya
kegaleri bapak”. Jawab Zea.
*
Beberapa tahun kemudian, setelah lukisan- lukisan Zea dipajang dipameran
galeri, Zea menjadi dikenal banyak orang. Banyak yang menyukai dan membeli
lukisan-lukisannya.
Akhirnya, Zae bisa membiayai pengobatan ayahnya hingga sembuh dan adik-adiknya bisa bersekolah tinggi. Bahkan Zea membangun toko kue untuk ibunya. Ternyata, Zea bisa membuktikan bahwa tanpa kuliah, Zea bisa sukses menjadi pelukis yang hebat dan terkenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar