DEKAT SEKALI SEPERTI NYAWA
BY:M.ABDUL LATIF
susah kupercayai,aku
berhasil memainkan biola ,walau hanya satu lagu,dengan cara ilmu bukan dengan
cara para musisi.meski begitu tidak lah terlalu buruk kedengaranya.lalu, aku
kembali menekuni perahu ku dan ku temukan kesulitan baru.hasutan eksyen
termakan para penebang.tak seorang pun ingin menjual seruk padaku.tak mungkin
aku masuk hutan dan membelah seruk untuk papan lambung.tak akan cukup waktu
untuk itu.jika malam , angin mengamuk mematahkan dahan dahan kemiri. Musim
barat mulai mencium cium daratan.
Aku
tak tahu apa yang ku harus lakukan untuk menyelesaikan seluruh lambung
perahuku.bisa saja bahan lambung memakai kayu yang tak seragam,tapi itu tak
lazim, jika seruk harus lah seruk semua. Ini semacam etika dan estetika tak
tertulis bagi para membuat perahu, karna akibat akibat buruk bisa muncul
belakang hari,lambung tak seimbang sehingga perahu mudah terbalik. Inggin aku
berkonsultasi pada aeni untuk mengatasi soal ini,tapi ia baru akan merapat lagi
minggu depan,tinggal lah nayla harapan ku.
Aku
bertandang kerumah nayla di tengah pandang ilalang. Ia dan anggota societeit
tengah menjerang berupa berupa ramuan aneh akar kayu dan daun daunan dalam
dandang besar: orang sinting itu mengaduk ramuannya yang mendidih dengan tulang
tungkai kerbau. Mereka tengah mempersiapkan sebuah ekspedisi.
Nayla
acuh tak acuh ia membelai dua ekor burung gagak peliharaanya ia merenung
sekejap,lalu dengan gaya seperti seorang yang amat luas pengetahuanya,ia
memberi saran yang,seperti biasa pasti ganjil begitu jawaban nayla, ia kembali
membelai burung burung gagaknya,tak peduli berapa jumlahnya.
‘’BOI, jawaban masalmu itu sedang menunggumu di
perpustakaan pangkal pinang , di rak buku asal muasal kerajaan melayu’’.
Perpustakaan pangkal pinang? Apa pula ini? Aku
binggung dan mengejarnya dengan pertanyaan lanjutan agar ia memperjelas
maksudnya.ia menggeleng.aku mendesak , ia memandang ku panjang.
Jika kau melihat dengan hati, minta ampun . maka
berangkatlah engkau kepulau anak muda ,temukan rahasia misteri itu.
Gerak lakukanya bak padri nan bijak bestari lalu,ia
membujur jari d bibirnya,tanda ia tak mau lagi mendengarku berpanjang mulut.
Perahu perahu perompak itu di buru sampai jauh masuk
ke anak anak sungai pulau belitong sesampai nya di sana saya mendengar kan
suara dentang lonceng kecil dalam kepalaku itu tiba tiba berubah menjadi gaung
gong bertalu talu! Inikah maksud aeni? Apakah iya memang berpikir sejenius ini?
Mata ku tak terkedip melihat peta aliran sungai, kian ketimur mengcegangkan .
tepat pada posisi di bawah jembatan linggang
jariku terhenti tiba tiba.
~TAMAT~!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar