Post Blog Hasil Karya

Menulis Cerita | Siswa 8B ::: M. Abdul Latif

DEKAT SEKALI SEPERTI NYAWA

BY:M.ABDUL LATIF

                 susah kupercayai,aku berhasil memainkan biola ,walau hanya satu lagu,dengan cara ilmu bukan dengan cara para musisi.meski begitu tidak lah terlalu buruk kedengaranya.lalu, aku kembali menekuni perahu ku dan ku temukan kesulitan baru.hasutan eksyen termakan para penebang.tak seorang pun ingin menjual seruk padaku.tak mungkin aku masuk hutan dan membelah seruk untuk papan lambung.tak akan cukup waktu untuk itu.jika malam , angin mengamuk mematahkan dahan dahan kemiri. Musim barat mulai mencium cium daratan.

             Aku tak tahu apa yang ku harus lakukan untuk menyelesaikan seluruh lambung perahuku.bisa saja bahan lambung memakai kayu yang tak seragam,tapi itu tak lazim, jika seruk harus lah seruk semua. Ini semacam etika dan estetika tak tertulis bagi para membuat perahu, karna akibat akibat buruk bisa muncul belakang hari,lambung tak seimbang sehingga perahu mudah terbalik. Inggin aku berkonsultasi pada aeni untuk mengatasi soal ini,tapi ia baru akan merapat lagi minggu depan,tinggal lah nayla harapan ku.

             Aku bertandang kerumah nayla di tengah pandang ilalang. Ia dan anggota societeit tengah menjerang berupa berupa ramuan aneh akar kayu dan daun daunan dalam dandang besar: orang sinting itu mengaduk ramuannya yang mendidih dengan tulang tungkai kerbau. Mereka tengah mempersiapkan sebuah ekspedisi.

             Nayla acuh tak acuh ia membelai dua ekor burung gagak peliharaanya ia merenung sekejap,lalu dengan gaya seperti seorang yang amat luas pengetahuanya,ia memberi saran yang,seperti biasa pasti ganjil begitu jawaban nayla, ia kembali membelai burung burung gagaknya,tak peduli berapa jumlahnya.

‘’BOI, jawaban masalmu itu sedang menunggumu di perpustakaan pangkal pinang , di rak buku asal muasal kerajaan melayu’’.

Perpustakaan pangkal pinang? Apa pula ini? Aku binggung dan mengejarnya dengan pertanyaan lanjutan agar ia memperjelas maksudnya.ia menggeleng.aku mendesak , ia memandang ku panjang.

Jika kau melihat dengan hati, minta ampun . maka berangkatlah engkau kepulau anak muda ,temukan rahasia misteri itu.

Gerak lakukanya bak padri nan bijak bestari lalu,ia membujur jari d bibirnya,tanda ia tak mau lagi mendengarku berpanjang mulut.

Perahu perahu perompak itu di buru sampai jauh masuk ke anak anak sungai pulau belitong sesampai nya di sana saya mendengar kan suara dentang lonceng kecil dalam kepalaku itu tiba tiba berubah menjadi gaung gong bertalu talu! Inikah maksud aeni? Apakah iya memang berpikir sejenius ini? Mata ku tak terkedip melihat peta aliran sungai, kian ketimur mengcegangkan . tepat pada posisi di bawah jembatan linggang  jariku terhenti tiba tiba.

 

 

~TAMAT~!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2019 Komunitas Literasi Tauhidul Afkar | Guru - Siswawi - Sun3TeA Didesain Oleh: Dudi Ridwan | TeA-Blogger-Bageur

Copyright © 2019 Komunitas Literasi Tauhidul Afkar | Guru - Siswawi - Sun3TeA Didesain Oleh: Dudi Ridwan | TeA-Blogger-Bageur

Diberdayakan oleh Blogger.